Makalah Radio (Radio Siaran)
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyebutan istilah radio pada umumnya masih rancu. Pengertian
pertama adalah: alat/pesawat untuk mengubah gelombang radio menjadi gelombang
bunyi/suara. Sedang pengertian lainnya adalah gelombang radio yang merupakan
bagian dari gelombang elektromagnetik. Pada dasarnya radio dapat diartikan
sebagai keseluruhan sistem gelombang suara yang dipancarkan dari suatu stasiun
dan dapat diterima oleh pesawat-pesawat penerima di rumah, dimobil, di kapal
dan sebagainya.
Radio merupakan salah satu bentuk media
massa yang banyak digunakan masyarakat untuk mengakses informasi. Radio pertama
kali ditemukan oleh Marconi pada tahun 1896.
pada awalnya radio berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan informasi dan
berita ataupun untuk kepentingan kenegaraan secara umum. Radio publik atau
komersil baru muncul pada tahun 1920-an. Sejak itu perkembangannya berkembang
pesat. Radio merupakan sumber informasi yang kompleks mulai dari fungsi
tradisional, radio sebagai penyampai berita dan informasi, perkembangan
ekonomi, pendongkrak popularitas, hingga propaganda
politik dan ideologi Sistem komunikasi radio adalah sistem komunikasi yang
tidak menggunakan kawat dalam proses perambatannya, melainkan menggunakan udara
atau ruang angkasa sebagai bahan penghantar.
1.2 Pokok Bahasan :
1.
Pengertian Radio dan Sejarahnya
2. Pengertian Radio Siaran dan Sejarahnya
3. Pembagian Sistem Radio Siaran
4. Kelebihan dan Kelemahan radio dengan media lainnya
2. Pengertian Radio Siaran dan Sejarahnya
3. Pembagian Sistem Radio Siaran
4. Kelebihan dan Kelemahan radio dengan media lainnya
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 PENGRTIAN RADIO DAN SEJARAHNYAPEMBAHASAN
Definisi Radio
Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal
dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik).
Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga merambat lewat
ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium
pengangkut (seperti molekul udara)
Pengertian “Radio” menurut ensiklopedi Indonesia
yaitu: penyampaian informasi dengan pemanfaatan gelombang elektromagnetik bebas
yang memiliki frequensi kurang dari 300 GHz (panjang gelombang lebih besar dari
1 mm). Sedangkan istilah “radio siaran” atau “siaran radio” berasal dari kata “radio broadcast” (Inggris) atau “radio omroep”
(Belanda) artinya yaitu penyampaian informasi kepada khalayak berupa suara yang
berjalan satu arah dengan memanfaatkan gelombang radio sebagai media.
Menurut Peraturan Pemerintah No : 55 tahun 1977, Radio Siaran adalah pemancar radio yang langsung ditujukan kepada umum dalam bentuk suara dan mempergunakan gelombang radio sebagai media.
Menurut Peraturan Pemerintah No : 55 tahun 1977, Radio Siaran adalah pemancar radio yang langsung ditujukan kepada umum dalam bentuk suara dan mempergunakan gelombang radio sebagai media.
Sedangkan menurut Versi Undang-undang Penyiaran no 32/2002 :
kegiatan pemancar luasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana
transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum
frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau
media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh
masyarakat dengan perangkat penerima siaran, yang dilakukan secara teratur dan
berkesinambungan.
Menurut definisi tersebut, terdapat lima syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk dapat terjadinya penyiaran. Kelima syarat tersebut adalah :
Menurut definisi tersebut, terdapat lima syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk dapat terjadinya penyiaran. Kelima syarat tersebut adalah :
1. Spektrum frekuensi radio
2. Sarana pemancaran/transmisi
3. Adanya siaran (program atau acara)
4. Adanya perangkat penerima siaran (receiver)
5. Dapat diterima secara serentak/bersamaan
2. Sarana pemancaran/transmisi
3. Adanya siaran (program atau acara)
4. Adanya perangkat penerima siaran (receiver)
5. Dapat diterima secara serentak/bersamaan
Di sini yang pertama-tama dimaksud dengan istilah radio bukan
hanya perbedaannya, bukan pula bentuknya, akan tetapi mencakup bentuk fisik dan
kegiatan radio yang saling menjalin dan tidak
terpisah satu sama lain. Radio siaran merupakan salah satu bentuk dari
komunikasi massa. Melalui radio siaran suatu komunikasi yang akan disampaikan
oleh komunikator kepada kahalayak banyak dapat berlangsung dalam waktu yang
singkat dan komunikan akan menerima komunikasi secara bersamaan walaupun di
tempat yang berbeda dan terpencar.
Etimologi dari “radio” atau “radiotelegraphy” mengungkapkan
bahwa itu disebut “telegrafi nirkabel”, yang disingkat menjadi “nirkabel” di
Inggris. Radio, dalam awalan pengertian transmisi nirkabel, pertama kali
tercatat dalam radioconductor, kata, deskripsi yang diberikan oleh fisikawan
Perancis Edouard Branly pada tahun 1897. Hal ini didasarkan pada kata kerja
untuk memancarkan (dalam bahasa Latin “radius” berarti “berbicara roda,
seberkas cahaya, sinar”). Kata ini juga muncul dalam sebuah artikel 1907 oleh
Lee De Forest, yang diadopsi oleh Angkatan Laut Amerika Serikat pada tahun
1912, dan menjadi umum pada saat siaran komersial pertama di Amerika Serikat
pada 1920-an. (Kata “penyiaran” itu sendiri berasal dari istilah pertanian,
yang berarti “benih hamburan secara luas”.) Istilah ini kemudian diadopsi oleh
bahasa lain di Eropa dan Asia. Negara-negara Persemakmuran Inggris masih
menggunakan istilah “nirkabel” sampai pertengahan abad ke-20.
2.2 SEJARAH SINGKAT RADIO
Di sini ditekankan bahwa sejarah radio yang dimaksud adalah
sejarah teknologi yang menghasilkan peralatan radio yang menggunakan gelombang
radio. Dasar teori dari perambatan gelombang elektromagnetik pertama kali
dijelaskan pada tahun 1873 oleh James Clerk Maxwell dalam papernya di Royal
Society mengenai teori dinamika medan elektromagnetik berdasarkan hasil kerja
penelitian yang dikerjakan antara antara 1861 dan 1865. Untuk pertama kalinya,
Heinrich Rudolf Hertz membuktikan teori Maxwell yaitu antara 1886 dan 1888,
melalui eksperimen. Dan dia berhasil membuktikan bahwa radiasi gelombang radio
memiliki sifat-sifat gelombang (sekarang disebut gelombang Hertzian), dan
menemukan bahwa persamaan elektromagnetik dapat diformulasikan (dirumuskan) ke
dalam persamaan gelombang.
Setelah karya Hertz tersebut dikenal umum, Guglemo Marconi yang terkenal sebagai penemu telegraph tanpa kawat, mulai menggunakan ilmu pengetahuan itu untuk tujuan yang praktis. Marconi berumur 20 tahun ketika pada tahun 1984 membaca Experiment Hertz dalam majalah Italia. Setahun kemudian ia dapat menerima tanda-tanda tanpa kawat dalam jarak satu mil dari sumbernya, dan pada tahun 1896 jaraknya menjadi 8 mil. William Abig dalam bukunya “Modern Public Opinion” menjelaskan bahwa pada tahun 1901 cara-cara pengiriman tanda-tanda tanpa kawat itu oleh Marconi telah dapat dilakukan melintasi Samudra Atlantik. Awalnya sinyal pada siaran radio ditransmisikan melalui gelombang data yang kontinyu baik melalui modulasi amplitudo (AM), maupun modulasi frekuensi (FM). Metode pengiriman sinyal seperti ini disebut analog. Selanjutnya, seiring perkembangan teknologi ditemukanlah internet, dan sinyal digital yang kemudian mengubah cara transmisi sinyal radio.
Setelah karya Hertz tersebut dikenal umum, Guglemo Marconi yang terkenal sebagai penemu telegraph tanpa kawat, mulai menggunakan ilmu pengetahuan itu untuk tujuan yang praktis. Marconi berumur 20 tahun ketika pada tahun 1984 membaca Experiment Hertz dalam majalah Italia. Setahun kemudian ia dapat menerima tanda-tanda tanpa kawat dalam jarak satu mil dari sumbernya, dan pada tahun 1896 jaraknya menjadi 8 mil. William Abig dalam bukunya “Modern Public Opinion” menjelaskan bahwa pada tahun 1901 cara-cara pengiriman tanda-tanda tanpa kawat itu oleh Marconi telah dapat dilakukan melintasi Samudra Atlantik. Awalnya sinyal pada siaran radio ditransmisikan melalui gelombang data yang kontinyu baik melalui modulasi amplitudo (AM), maupun modulasi frekuensi (FM). Metode pengiriman sinyal seperti ini disebut analog. Selanjutnya, seiring perkembangan teknologi ditemukanlah internet, dan sinyal digital yang kemudian mengubah cara transmisi sinyal radio.
Rata-rata pengguna awal radio adalah para maritim, yang
menggunakan radio untuk mengirimkan pesan telegraf menggunakan kode morse
antara kapal dan darat. Salah satu pengguna awal termasuk Angkatan Laut Jepang
yang memata-matai armada Rusia saat Perang Tsushima pada tahun 1901. Salah satu
penggunaan yang paling dikenang adalah saat tenggelamnya RMS Titanic pada tahun
1912, termasuk komunikasi antara operator di kapal yang tenggelam dengan kapal
terdekat dan komunikasi ke stasiun darat. Radio digunakan untuk menyalurkan
perintah dan komunikasi antara Angkatan Darat dan Angkatan Laut di kedua pihak
pada Perang Dunia II; Jerman menggunakan komunikasi radio untuk pesan
diplomatik ketika kabel bawah lautnya dipotong oleh Britania. Amerika Serikat
menyampaikan Program 14 Titik Presiden Woodrow Wilson kepada Jerman melalui
radio ketika perang. Siaran mulai dapat dilakukan pada 1920-an , dengan
populernya pesawat radio, terutama di Eropa dan Amerika Serikat.Selain siaran,
siaran titik-ke-titik, termasuk telepon dan siaran ulang program radio, menjadi
populer pada 1920-an dan 1930-an. Penggunaan radio dalam masa sebelum perang
adalah untuk mengembangkan pendeteksian dan pelokasian pesawat dan kapal dengan
penggunaan radar. Sekarang, radio banyak bentuknya, termasuk jaringan tanpa
kabel, komunikasi bergerak di segala jenis, dan juga penyiaran radio. Sebelum
televisi terkenal, siaran radio komersial termasuk drama, komedi, beragam show,
dan banyak hiburan lainnya; tidak hanya berita dan musik saja.
Sejarah media penyiaran dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
sejarah media penyiaran sebagai penemuan teknologi dan sejarah media penyiaran
sebagai suatu industri. Sejarah media penyiaran sebagai penemuan teknologi
berawal dari ditemukannya radio oleh para ahli teknik di Eropa dan Amerika.
Sejarah media penyiaran sebagai suatu industri dimulai di Amerika.
2.3 PERKEMBANGAN PENYIARAN RADIO DI
DUNIA
Industri penyiaran radio diawali oleh David Sarnoff yang
mendirikan perusahaan pembuat pesawat radio sistem AM yang bernama RCA atau
Radio Corporation of America. Liputan kegiatan Pemilu pada tahun 1920 oleh
Radio KDKA (USA) dianggap sebagai penyiaran berita pertama secara meluas dan
teratur kepada masyarakat. Radio KDKA adalah stasiun penyiaran radio yang
berizin komersial yang didirikan oleh Frank Conrad.
Perkembangan industri penyiaran radio FM dimulai ketika
pertengahan tahun 1933, Edwin Howard Armstrong dari Universitas Columbia
berhasil menemukan frekuensi modulasi (FM), frekuensi yang jauh lebih tinggi
dari penyiaran radio AM (yaitu dari 88 sampai 108 MHz). Armstrong kemudian
mendemonstrasikan penemuannya kepada David Sarnoff. Namun RCA ternyata lebih
tertarik untuk mengembangkan televisi. Armstrong kemudian menjualnya kepada
beberapa perusahaan lainnya. Pengembangan radio FM sempat tertunda karena
meletusnya Perang Dunia ke 2 dan kalangan industri yang lebih tertarik
mengembangkan televisi.
Keuntungan FM dari AM adalah :
1. Dapat menghilangkan “interference” (gangguan,
percampuran) yang disebabkan cuaca,
bintik-bintik matahari atau alat listrik.
2. Dapat menyiarkan suara sebaik-baiknya bagi telinga yang sensitif.
3. Hasil audio yang lebih jernih, lebih dinamis dan noise yang rendah.
2. Dapat menyiarkan suara sebaik-baiknya bagi telinga yang sensitif.
3. Hasil audio yang lebih jernih, lebih dinamis dan noise yang rendah.
Prinsip dasar penyiaran radio FM adalah proses berubahnya suara
penyiar menjadi sinyal listrik dengan menggunakan mikrofon yang kemudian
digabung dengan sinyal pembawa frekuensi tinggi dan disiarkan ke radio
penerima. Radio penerima menyaring sinyal pembawa tersebut dan menciptakan
sinyal analog elektrik original, yang diubah oleh speaker menjadi energi suara.
Cakupan penyiaran FM dibatasi oleh garis pandang dari bagian puncak pemancar,
maka FM lebih cocok untuk masyarakat di pusat kota daripada masyarakat di
pedesaan.
Radio Am
Radio AM (modulasi amplitudo) bekerja dengan prinsip
memodulasikan gelombang radio dan gelombang audio. Kedua gelombang ini
sama-sama memiliki amplitudo yang konstan. Namun proses modulasi ini kemudian
mengubah amplitudo gelombang penghantar (radio) sesuai dengan amplitude
gelombang audio. Saat ini radio AM tidak terlalu banyak digunakan untuk siaran
radio komersial karena kualitas suara yang buruk.
Radio Fm
Radio FM (modulasi frekuensi)
bekerja dengan prinsip yang serupa dengan radio AM, yaitu dengan memodulasi
gelombang radio (penghantar) dengan gelombang audio. Hanya saja, pada radio FM
proses modulasi ini menyebabkan perubahan pada frekuensi.
2.4 SEJARAH PENYIARAN RADIO DI INDONESIA
Perkembangan penyiaran radio di Indonesia diawali pada masa
pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1925 oleh Prof. Komans dan Dr. De Groot
yang berhasil melakukan komunikasi radio dengan menggunakan stasiun relai di
Malabar, Jawa Barat. Peristiwa ini kemudian diikuti dengan berdirinya Batavia
Radio Vereniging dan NIROM. Penyiaran radio di Indonesia dimulai dengan
berkembangnya radio amatir yang menggunakan perangkat pemancar radio sederhana
yang mudah dirakit. Tahun 1945, Gunawan berhasil menyiarkan naskah proklamasi
kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan perangkat pemancar radio sederhana
buatan sendiri. Pada tahun 1966, mengudara radio Ampera yang merupakan sarana
perjuangan kesatuan-kesatuan aksi dalam perjuangan orde baru.
Pada tanggal 11 September 1945, rapat yang dihadiri oleh para
tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan beberapa stasiun radio Jepang
sepakat mendirikan Radio Republik Indonesia (RRI). Rapat juga sepakat memilih
Dokter Abdulrahman Saleh sebagai pemimpin umum RRI yang pertama.
Sampai tahun 1997/1998 di Indonesia tercatat 878 radio siaran
swasta non pemerintah yang komersial, dengan rincian 511 berfrekwensi AM dan
367 berfrekwensi FM. Setelah era reformasi dimulai, demikian tulis Hinca IP Pandjaitan
dalam makalahnya “Tinjauan dan Kritisi Aspek Hukum Dan Frekwensi Tentang
Kebijakan Penyiaran Nasional dan Implikasinya” bahwa sampai dengan tanggal 5
Maret 1999 sudah mencapai 915 buah dengan komposisi 502 berfrekwensi AM dan 413
berfrekwensi FM. Posisi ini berubah pada tanggal 27 Mei 1999 menjadi 930.
Pada akhir masa jabatan Habibie (14 Oktober 1999) jumlah radio
siaran di Indonesia sudah menembus angka 1070 buah dan RRI 1997/1998 memiliki
53 unit kerja dan hanya 19 buah yang menyelenggarakan siaran selama 24 jam per
hari.
Jumlah stasiun radio di Indonesia pada tahun 2002 mencapai 1188
stsiun radio, 95% berupa radio siaran swasta/non pemerintah dan 5% radio
pemerintah atau RRI. Sekitar 37% dari radio swasta beroperasi pada frekwensi AM
dan sisanya 73% pada frekwensi FM.
Di kabupaten Kuningan misalnya pada masa ORBA hanya tercatat hanya ada empat radio siaran swasta dengan frekwensi AM. Setelah reformasi sejak 1999 jumlahnya berubah menjadi dua belas dengan peningkatan frekwensi ke FM. Demikian juga terjadi di wilayah kabupaten lain seperti Cirebon dan Indramayu. Ini menunjukkan bahwa minat pendirian radio masih cukup tinggi. Sementara di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung meningkatkan layanan siarnya dengan menggunakan teknologi satelit dan e-radio dengan tetap memelihara penyiaran konvensional.
2.5 PEMBAGIAN SISTEM RADIO SIARANDi kabupaten Kuningan misalnya pada masa ORBA hanya tercatat hanya ada empat radio siaran swasta dengan frekwensi AM. Setelah reformasi sejak 1999 jumlahnya berubah menjadi dua belas dengan peningkatan frekwensi ke FM. Demikian juga terjadi di wilayah kabupaten lain seperti Cirebon dan Indramayu. Ini menunjukkan bahwa minat pendirian radio masih cukup tinggi. Sementara di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung meningkatkan layanan siarnya dengan menggunakan teknologi satelit dan e-radio dengan tetap memelihara penyiaran konvensional.
Jika dalam media massa cetak seperti surat kabar, pembagian
ruangan untuk berita disebut “editing” dan dianggap sebagai hal yang penting,
maka dalam radio siaran adalah pendistribusian waktu yang dinamakan programming
dan ini dianggap hal yang sangat penting. “Programming atau “penataan acara
siaran” ini tidak mempunyai pola yang baku. Ini banyak tergantung dari system
pemerintahan dimana badan radio siaran itu berada dan tergantung dari bentuk
dan badan organisasi radio siaran itu. Jadi, sistem radio siaran yang
ditentukan oleh sistem pemerintahan itu, menentukan jenis pembagian bahan
siaran.
Pada dasarnya sistem radio siaran dapat dibedakan
sebagai berikut :
1.
Radio Siaran Pemerintah (Goverment Ownership and
Operation Broadcasting)
Badan radio siaran ini dimiliki dan dikuasai
pemerintah. Pengelolaanya diserahkan kepada salah satu departemen. Pemerintah
republik Indonesia, misalnya, menempatkan RRI pada Departemen Penerangan.
Karena milik pemerintah dan dikuasai pemerintah maka Radio Siaran Pemerintah
melakukan operasinya dengan menyandang misi pemerintah. Biayanyapun termasuk
anggaran belanja pemerintah. Perbedaan RRI dari Radio Siaran Pemerintah lainnya
adalah bahwa RRI mencari sumber biaya dari periklanan. Jadi RRI tidak lagi
berfungsi sosial, tetapi juga komersial. Hal ini dikukuhkan dengan SK Menteri
Penerangan RI No. 19 Tahun 1968. Meskipun demikian, sejalan dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku, pelaksanaan RRI di bidang komersial selalu
dibatasi dalam arti kata aktivitas dan penggunaan dari hasilnya
2.
Radio Siaran Semi Pemerintah (Public Corporation
Broadcasting)
Ini merupakan perusahaan umum (public
enterprise) di bawah pengawasan sebuah korporasi (corporation) yang bebas
(Independent) tetapi terikat oleh sebuah charter untuk melaksanakan siarannya
guna kepentingan umum seluruh negeri. Radio siaran dengan bentuk organisasi
corporation berdasarkan sebuah charter yang berlaku untuk masa (10 sampai 25
tahun) yang dapat diperpanjang lagi. Penyelenggaraan dipimpin oleh suatu
direksi yang diawasi oleh sebuah dewan yang disebut “Broad of Governors” yang
beranggotakan wakil-wakil pemerintah dan Parlemen. Penyusunan program dibantu
oleh Advieory Council. Untuk kelangsungan siarannya, para pemilik pesawat radio
dipungut iuran (lisence fee). Hidupnya sebagian corporation sebagian besar
adalah dari iuran radio, dan hanya sebagian kecil saja diperoleh dari usaha
sendiri seperti penerbitan, pertunjukan, dan lain sebagainya. Usaha dalam
bentuk periklanan tidak dibenarkan.
Dalam pada itu sensor terhadap isi siaran
tidak dilakukan oleh pemerintah, karena kehendak masyarakat dan kepentingan
Pemerintahan telah terjamin oleh “Broad of Governors” tadi, yang terdiri dari
wakil-wakil pemerintahan dan Parlemen.
3.
Radio Siaran Swasta (Private Enterprise Broadcasting)
Badan radio siaran swasta ini dimiliki
perorangan dan sifatnya komersial. Dengan lisensi pemerintah, biaya untuk
kelangsungan hidupnya diperoleh dari periklanan dan persponsoran acara
(sponsored program). Di Amerika Serikat radio siaran swasta mempunyai jaringan
yang luas, seperti NBC, CBS, ABC, dan MBS. Sesuai dengan sistem pemerintahan
Amerika Serikat, badan radio siaran tersebut mempunyai kebebasan sepenuhnya,
dalam arti kata tidak mengenal sensor. Ini tidak berarti bahwa pengelolaannya
tidak mengenal tanggung jawab nasional dan tanggung jawab sosial. Tanggung
jawab mereka adalah pada kesadaran sendiri atau hati nurani sendiri yang dengan
sendirinya bertanggung jawab secara nasional dan sosial.
Ketiga sistem radio siaran tersebut
menentukan pembagian bahan siaran untuk diproduksikan dan disajikan kepada para
pendengar. Pada umumnya terdapat dua metode penggolongan bahan siaran yang
dianut oleh badan-badan radio siaran di dunia
Sebagai unsur dari proses komunikasi, dalam hal ini sebagai
media massa, radio siaran mempunyai ciri dan sifat yang berbeda dengan media
massa lainnya. Jelas berbeda dengan surat kabar yang merupakan media cetak,
juga dengan film yang bersifat mekanik optic. Dengan televisi, kalau pun ada
persamaannya dalam sifatnya yang elektronik, terdapat perbedaan, yakni radio
sifatnya audial, televisi audiovisual.
Penyampaian pesan melalui radio siaran dilakukan dengan
menggunakan bahasa lisan; kalaupun ada lambang-lambang nirverbal, yang
digunakan jumlahnya sangat minim, umpamanya tanda waktu pada saat akan memulai
acara warta berita dalam bentuk bunyi telegrafi atau bunyi salah satu alat
musik. Keuntungan radio siaran bagi komunikan adalah sifatnya yang santai.
Orang bisa menikmati acara siaran radio sambil makan, sambil tidur-tiduran,
sambil bekerja, bahkan sambil mengemudikan mobil. Tidak demikian dengan media
massa lainnya.
Karena sifatnya auditori, untuk didengarkan, lebih mudah orang
menyampaikan pesan dalam bentuk cara yang menarik. Bandingkan dengan media
massa lainnya, umpamanya televisi, kalau kita ingin menyampaikan pesan dalam
bentuk drama. Sebuah kisah di hutan, di dasar laut, ataupun di neraka lebih mudah
disajikan dibanding kalau disampaikan melalui surat kabar, televisi atau film.
Penyajian hal yang menarik dalam rangka penyampaian suatu pesan, adalah
penting, karena publik sifatnya selektif. Begitu banyak pilihan di antara
sekian banyak media komunikasi, dan begitu banyak pula pilihan acara dari
setiap media. Dalam hubungan ini musik memegang peranan sangat penting. Siapa
orangnya tidak tertarik oleh musik ? Di antara acara-acara musik yang memukau
itulah pesan-pesan disampaikan kepada pendengar. Radio merupakan sumber
informasi yang kompleks mulai dari fungsi tradisional, radio sebagai penyampai
berita dan informasi, perkembangan ekonomi, pendongkrak popularitas, hingga
propaganda politik dan ideologi. Bagi
pendengarnya radio adalah teman, sarana komunikasi, sarana imajinasi, dan
pemberi informasi
Daya pikat untuk melancarkan pesan ini penting, artinya dalam
proses komunikasi, terutama melalui media massa, disebabkan sifatnya yang satu
arah (one way traffic communication). Komunikasi hanya dari komunikator kepada
komunikan. Komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikan. Kelemahan ini bagi
radio ditambah lagi dengan sifatnya yang lain, yakni “sekilas dengar”. Pesan
yang sampai pada khalayak hanya sekilas saja, begitu terdengar begitu hilang.
Arus balik (feedback) tidak mungkin pada saat itu. Pendengar yang tidak
mengerti atau ingin memperoleh penjelasan lebih jauh, tak mungkin meminta
kepada penyiar untuk mengulang lagi. Karena kelemahan itulah, maka radio siaran
banyak dipelajari dan diteliti untuk mencari teknik-teknik yang dapat mengatasi
kelemahan-kelemahan tersebut sehingga komunikasi melalui radio siaran lebih
efektif.
Televisi dan radio dapat dikelompokkan sebagai media yang
menguasai ruang tetapi tidak menguasai waktu, sedangkan media cetak menguasai
waktu tetapi tidak menguasai ruang.
BAB
III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Radio
merupakan sumber informasi yang kompleks mulai dari fungsi tradisional, radio
sebagai penyampai berita dan informasi, perkembangan ekonomi, pendongkrak
popularitas, hingga propaganda politik dan ideologi. Bagi pendengarnya radio
adalah teman, sarana komunikasi, sarana imajinasi, dan pemberi informasi.
Di
Indonesia, radio sebagai media yang terkait dengan medium kebutuhan lokal.
Media komunikasi massa yang hanya memiliki skala lokalitas suatu daerah
tertentu berbeda dengan televisi dan film yang skalanya nasional.
Perkembangan
radio di Indonesia dimulai dari zaman penjajahan Belanda, penjajahan Jepang,
masa kemerdekaan, dan zaman orde baru. Radio siaran disebut sebagai “The Fifth
Estate” atau memilki lima kekuatan yaitu, fungsi kontrol sosial, memberikan
informasi, menghibur, mendidik serta melakukan kegiatan persuasif.
Kehadiran
media radio tidak dapat dilepaskan dari inovasi teknologi yang dilakukan
Marconi. Penggunaan media ini mempengaruhi banyak aspek kehidupan khususnya
dalam bidang sosial dan ekonomi. Masyarakat sebagai pengguna teknologi radio
berlanjut terus saat kemunculan teknologi radio yang bersifat penyiaran.
Radio
mudah beradaptasi dan sering dengan kehebatanya menyajikan bentuk siaran “live”
(secara langsung), tidak memerlukan pemrosesan film, tidak perlu menunggu
proses pencetakan. Bahkan pada saat ini radio digunakan sebagai media
pendidikan yang menggunakan konsep dan juga fakta.
DAFTAR
PUSTAKA
o (http://id.wikipedia.org/wiki/Radio)
o Ashadi Siregar, Menyingkap Media Penyiaran Membaca Televisi Melihat Radio, LP3Y, Yogyakarta, 2001.
o http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-studies/2191229-pengertian-radio/#ixzz2AED9X7rG
o http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_radio
o M Tata Taufik, Etika Komunikasi Islam, Sahifa, Bandung, 2008,
o Onong Uchjana Effendy., “Radio Siaran Teori dan Praktek”, Mandar Maju, Bandung, 1990,
o Theo Stokkink, The Professional Radio Presenter terjemahan, Kanisius, Yogyakarta, 1997
Tidak ada komentar:
Posting Komentar